Menuliskan Sebuah Keresahan

Dulu, saat gunung-gunung semakin ramai dikunjungi, saya memutuskan untuk berhenti naik gunung. TOTAL. Terutama gunung-gunung besar dan yang berstatus Taman Nasional. Dengan harapan, dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

Kemudian saya menemukan hal menyenangkan lainnya, yaitu bersepeda.

Saya mencoba menerapkannya sebagai gaya hidup, dengan harapan yang sama seperti saat saya berhenti naik gunung. Dan tentu kalian tahu, akhir-akhir ini, karena banyak faktor, bersepeda kembali menemui puncak jayanya, jalan-jalan penuh dengan sepeda.

Persis seperti gunung-gunung yang penuh oleh para pendaki.

Tapi saya rasa, hal tersebut tidak dibarengi dengan pengetahuan dan etika dari pelakunya itu sendiri. Selain itu, beberapa waktu lalu juga banyak hal serta pemberitaan yang membuat citra pesepeda semakin jelek di mata masyarakat luas.

Bukan hal yang bagus tentunya.

Ada banyak orang/aktivis yang memperjuangkan sesuatu yang mereka sukai dan mereka jaga, dalam waktu lama dan dengan berbagai cara. Serta BUKAN untuk kepentingan mereka semata.

Saya bukan seorang aktivis, saya hanya mantan seorang pendaki gunung, pesepeda awam, yang peduli dengan lingkungan sekitar. Dan dengan jalan bersepeda-lah saya ikut andil dalam melestarikan hal tersebut.

Akhirulkalam, kalau ada teman-teman saya, baik pesepeda atau bukan, kena tegur atau merasa ‘tersepet’ oleh orang lain dan khususnya oleh saya, mohon dimaklumi.

Saya tidak ingin sesuatu yang saya sukai dan saya jaga, direbut atau dirusak oleh seseorang/sekelompok yang tidak bertanggung jawab. Seperti saat dulu.

Bukannya saya melarang untuk naik gunung, atau bersepeda, karena hal tersebut memang sungguh menyenangkan dan menyehatkan. Dan merupakan HAK kalian.

Tapi tolong !

patuhi peraturan, etikanya dipakai.

saya juga kadang masih suka melanggar, jadi saling mengingatkan aja

kalau ada salah. dimanapun itu.

 

Bandung, 14 Juni 2020

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑