Jauh di lain tempat seseorang baru saja kembali dari perjalanannya.
Bercerita lalu ia kepada kawanannya.
“Aku, karvak terakhir dari peta itu”
Ingatkah kau akhir dari cerita tadi?
Tolong, bisa kau ceritakan?
Aku ingin mendengar setiap kalimat langsungnya, bukan yang tidak.
Bukan dari ucapan orang lain, atau perubahan makna ‘kan terdapat disana.
Karena seharusnya kamu penerus cerita ini,
Aku? Cukup sampai dengan “Aku, karvak terakhir dari peta itu”
bukankah cukup akhir dariku? silakan lanjutkan.
Sebuah pesan kuterima beberapa malam lalu.
Dari seorang teman lama, lama sekali. Kiranya begini isi pesan itu;
“Begitulah dek, terkadang,
bagian-bagian terbaik seringkali cuma mampir dalam hidup kita,
Lalu pergi begitu saja.
Sisakan ruang kosong di sela hatimu.
Cukup kamu maknai sendiri,
Syukuri apa yang sedang dijalani sekarang ini”
“Iya, tapi..” kataku tak berlanjut,
Ada yang tertahan di mulut ini, juga hati.
yang entah mengapa tak sanggup aku sampaikan.
“Gak perlu dijawab, cukupkan saja”
Ah.. kukira ia paham.
Bila malam padam, kekasih
Maka padam padamlah yang lain juga
Maka tidurlah di ranjang abu
Biar kau berlari lagi serupa angin
Biar peta dapat kita lukis bersama lagi
Barangkali aku yang lupa untuk berenang
Barangkali aku yang terlalu asik memandang langit yang tenang
Sementara aku lupa berada dimana?
Di lautmu,
yang bergelombang.
Leave a comment